By Andi Jumardi at Minggu, 25 Maret 2018

Mastia: Juara MTQ Internasional

Musabaqah Tilawatil Qur’an Antarbangsa (Internasional) paling bergengsi dan paling tua boleh jadi yang diselenggarakan tiap tahun oleh pemerintah Malaysia. Perdana Menteri Malaysia di era tahun 60an, Tunku Abdul Rahman Putera, disebut sebagai pencetus (pengasas) musabaqah ini, yang saat itu dikenal dengan Majelis Musabaqah Al-Qur’an Peringkat Antarbangsa. Pertama kali diselenggarakan pada tanggal 9 Maret 1961 di Stadion Merdeka Kualalumpur dan dihadiri oleh 7 negara waktu itu, masing-masing Malaya, Indonesia, Brunei, Filipina, Singapura, Thailand, dan Sarawak. Musabaqah ini khusus melombakan tilawah dengan nagam atau tarannum. Tercatat banyak qari Indonesia yang telah meraih kejuaraan di ajang musabaqah ini. Sebut saja, misalnya Muhammadong, Nursiah Ismail, Mirwan Batubara, Sarini Abdullah, Bakri Waru, Maria Ulfah, Syarifuddin Muhammad. Tahun 2016 salah seorang mahasiswa Institut PTIQ Jakarta untuk yang kesekian kalinya atas nama negara Republik Indonesia meraih kejuaraan di event paling bergengsi ini. Mastia Lestaluhu, mahasiswi Program Pascasarjana Institut PTIQ Jakarta menjadi Johan II untuk Puteri (Qari’ah) pada MTQ Antarbangsa baru-baru ini di Kualalumpur.

Mastia yang terlahir di Ambon pada tanggal 1 Mei 1993 dari pasangan H. Ismail Lestaluhu dan Salma Tanassy, memang sudah malang melintang di bidang tilawah dan seni tarik suara. Tercatat sebagai Juara I MTQ RRI-TVRI (2011), Juara 2 MTQ Perguruan Tinggi se-ASEAN (2011), Juara II Syarhil Qur’an MTQ Nasional di Ambon (2012), Juara III STQ Nasional di Bangka Belitung (2013), Juara II MTQ Nasional di Kepulauan Riau (2014), Juara I STQ Nasional di Jakarta (2015), Juara II Internasional di Kualalumpur (2016), Juara I Qiraat Sab’ah MTQ Nasional di Mataram (2016), dan Juara I Vokalis Gambus Provinsi DKI Jakarta (2016).

Saat ini Mastia sedang merampungkan pendidikannya pada Konsentrasi Ilmu Tafsir, Pascasarjana, Institut PTIQ Jakarta. Meskipun prestasi yang diukirnya luar biasa, ia tidak menepuk dada, sangat low profile. Bahkan, di kelasnya sebagian belum tahu bahwa orang yang mengukir prestasi internasional di bidang Al-Qur’an itu ada di tengah-tengah mereka. Perawakannya kecil tapi ahli karate, dan dalam soal olah suara bisa melengking sampai sekian oktaf. Saat ini, selain mengikuti kuliah program magister ia juga menjadi pembina, pelatih, dan hakim dalam musabaqah Al-Qur’an tingkat Provinsi Banten, dimana domisilinya berada. Selamat atas prestasi yang telah dicapai, dan semoga prestasi-prestasi selanjutnya menyusul mengharumkan nama bangsa, khususnya Institut PTIQ Jakarta.