By Andi Jumardi at Minggu, 09 Desember 2018

Kuliah Umum Direktur Program Pascasarjana Institut PTIQ Jakarta di IAIN Bangka Belitung

Sebagai salah satu bentuk tindak lanjut dari MoU yang telah ditandatangani beberapa waktu lalu antara IAIN Bangka Belitung dengan Institut PTIQ Jakarta adalah pertukaran dosen/guru besar untuk kuliah umum dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan. Pada tanggal 27 September lalu Direktur Program Pascasarjana Institut PTIQ Jakarta, Prof. Dr. M. Darwis Hude, M.Si., mendapat kehormatan diundang untuk memberikan kuliah umum sebagai guru besar tamu di hadapan civitas akademika IAIN Syekh Abdurrahman Siddik Bangka Belitung bertempat di gedung Fakultas Dakwah dan Komunikasi.

Dalam kuliah umum yang berjudul “Pengembangan Potensi Diri Mahasiswa Berbasis Al-Qur’an” itu Prof. Darwis menegaskan bahwa tingkah laku bahkan karakter manusia terbangun dari perwujudan potensi-potensi bawaan lahir dan interaksi dengan lingkungan, baik lingkungan alam maupun sosial. Manusia lahir memang tidak memiliki pengetahuan apapun (Q.S. 16: 78), akan tetapi ia telah dibekali berbagai instrumen yang dengan itu potensi-potensi bawaan bisa dikembangkan dalam kehidupan.

Al-Maragi ketika menjelaskan tafsir ayat“Ihdinash shirathal mustaqim” (1:6) disebutkan empat jenis hidayah yang menjadi modal utama manusia mengembangkan kehidupannya: ilham, panca indra, akal, dan hidayah syariat agama. Darwis Hude memodifikasi menjadi lima modalitas. Kelima modal instrumen itu adalah instink (garizah), sesuatu yang bisa dilakukan tanpa melalui proses pembelajaran, indra (yang ternyata tidak hanya lima), akal, nafsu (drive), dan qalbu. Kelima instrumen ini berperan besar dalam mengembangkan dan mengaktualisasikan potensi-potensi setelah berinteraksi dengan lingkungan. Rumusnya adalah B = P X E (Behavior adalah fungsi dari Potency dikali Environment). Setiap anak yang dilahirkan membawa potensi-potensi, orang tua (sebagai wakil dari lingkungan pada umumnya) mewujudkan potensi-potensi itu sesuai dengan yang didengar, dilihat, dirasakan, lalu diimitasi menjadi bagian dari sikap dan tingkahlaku kehidupannya. Potensi itu secara garis besar terbagi dua kelompok: kebaikan (ketakwaan) dan keburukan (91: 8) tergantung sentuhan dari lingkungannya.

Dalam kesempatan itu, Darwis Hude juga menjelaskan bahwa dalam pandangan Psikologi Humanistik yang dianut banyak orang saat ini, tak ada seorang manusia yang boleh disebut bodoh, karena semuanya memiliki kecerdasan masing-masing. Boleh jadi dia kurang dalam satu sisi tetapi di sisi yang lain berlebih. Kecerdasan manusia berbeda-beda. Mengutip Howard Gardner, paling tidak manusia memiliki satu atau beberapa kemungkinan dari sembilan jenis kecerdasan majemuk (multiple intelligence). Dengan demikian setiap individu harus menelusuri dan mengembangkan potensi kecerdasannya sehingga menjadi aktual dalam kehidupan nyata. Setiap manusia harus mengaktualisasikan potensi-potensi yang dimilikinya secara optimal untuk dimanfaatkan bagi kemaslahatan umat manusia. Cermati kembali Surah 17: 84

Dalam kuliah umum itu hadir Pimpinan IAIN Syekh Abdurrahman Siddik Bangka Belitung, Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi, para dosen, dan seluruh mahasiswa. Kuliah umum sendiri diselenggarakan di halaman kampus untuk menampung seluruh mahasiswa. Diharapkan oleh pimpinan lembaga agar kuliah guru besar tamu dapat diintensifkan di masa-masa datang, karena akan ada nuansa baru dari setiap kuliah umum dari luar kampus.