By Andi Jumardi at Minggu, 25 Maret 2018

Menyelusuri Artefak Kisah Al-Qur’an di Mesir Dan Jordania

Lembaga Pentashihan Mushaf Al-Qur’an Kementerian Agama RI baru-baru ini mensponsori sebuah perjalanan ilmiah menyelusuri beberapa peninggalan sejarah yang dikisahkan di dalam Al-Qur’an. Dua negara yang menyimpan banyak artefak sejarah menjadi tujuan, yaitu Mesir dan Jordania. Sebanyak 19 orang tergabung dalam tim, terdiri atas pakar ilmu pengetahuan dari LIPI, ITB, LAPAN, dan beberapa lembaga pendidikan tinggi Islam. Direktur Program Pascasarjana, Prof. Dr. M. Darwis Hude, M.Si., masuk sebagai anggota tim. Selama ini memang telah bergabung dalam Tim Tafsir Tematik dan Tafsir Ilmi Kemenag.

Beberapa tempat peninggalan sejarah yang dikisahkan oleh Al-Qur’an dikunjungi oleh Tim, antara lain: Pertama, Mousa Spring, sumber mata air yang mengantarkan Musa berkenalan hingga mempersunting puteri Syu’aib (Syaikhu Madyan). Banyak nilai dan pesan moral yang patut diteladani dalam kisah ini, misalnya altruisme, integritas personal dalam pergaulan dan amanah dalam tugas. Hal ini dapat ditelusuri antara lain dalam SurahAl-Qashash/28: 22-29. Kedua, Petra. Di sini diyakini kaum Nabi Shaleh pernah berjaya dengan membuat perkampungan dengan memahat gunung-gunung batu menjadi istana tempat tinggal mereka. Al-Qur’an telah mengisahkan tentang kaum yang ahli dalam memahat gunung-gunung menjadi tempat permukiman mereka, misalnya dalam Surah Al-A’raf/7: 74 dan Asy-Syu’ara’/26: 149. Petra saat ini oleh UNESCO telah dijadikan sebagai warisan dunia. Ketiga, Gua Ashabul Kahfi yang dikisahkan di dalam Al-Qur’an adanya sekelompok pemuda lebih memilih bersembunyi di dalam gua dan tidur selama 309 tahun (tsalatsa mi’atin siniina wazdaduu tis’aa atau 300 tahun, baik dalam perhitungan kalender Masehi maupun kalender Hijriah) daripada menjadi pengikut raja yang memaksakan kemusyrikan. Kisahnya dapat dibaca dalam Surah Al-Kahf. Keempat, “Danau” Laut Mati (Dead Sea), menyisakan kisah anak manusia di zaman Nabi Luth yang melakukan penyimpangan seksual secara massal. Laut Mati memiliki tingkat salinitas (keasinan) sembilan kali lebih asin dari laut biasa pada umumnya. Danau Laut Mati oleh ahli geologi yang ada dalam tim, terjadi karena pergeseran irisan lempeng bumi yang saling menjauh sehingga menimbulkan dan menyisakan cekungan berupa danau unik. Ditengarai tidak ada makhluk sejenis ikan yang hidup di dalamnya, dan karena kadar garamnya tinggi dapat mengambangkan benda-benda di atasnya. Kaum Luth diperkirakan berada di sekitar situs itu yang diazab oleh Allah karena perilaku seksual mereka yang menyimpang (dikenal saat ini dengan homoseksual). Dapat dicermati lebih lanjut misalnya Surah Al-A’raf/7: 81-81, An-Naml/27: 54-55, Al-‘Ankabut: 28-29.Keenam, Peninggalan Dinasti Fir’aun. Peradaban Fir’aun telah dikisahkan juga dalam Bibel dengan nama Faraoh. Dinasti ini memang sangat berkuasa di zamannya dengan hanya melihat peninggalan-peninggalannya yang spektakuler. Dapat dibayangkan pada zaman itu betapa kekuasaan dan kebesaran yang dimiliki oleh para Fir’aun sehingga sebagian rajanya menganggap diri sebagai tuhan (“ana rabbukumul a’la,” sayalah tuhanmu yang paling tinggi) –An-Nazi’at/79: 24. Dalam grafiti dan simbol-simbol yang ada dalam situs diketahui bahwa simbol sebagai tuhan dilambangkan dalam suatu lingkaran bulat lonjong, di dalamnya ada dua simbol, yaitu matahari yang melambangkan satu sisinya sebagai tuhan dan satunya lagi serangga yang melambangkan sisinya sebagai manusia. Di Mesir bertebaran situs bersejarah tentang peninggalan peradaban masa Fir’aun misalnya piramida, istana-istana pemujaan di beberapa tempat, spinx, sampai pada mummi, dsb. Ayat-ayat Al-Qur’an yang berkisah tentang Fir’aun dengan mudah ditelusuri lewat kata Fir’aun. Dalam kesempatan rihlah ilmiah itu tim juga mengunjungi beberapa tempat bersejarah lainnya seperti benteng Sultan Saladin, Masjid ‘Amr bin ‘Ash, dan beberapa masjid bersejarah lainnya seperti masjid pendiri Thariqat Syadziliah, dsb. Selain tentunya kunjungan silaturahim di KBRI Amman dan KBRI Cairo. Kegiatan ilmiah lainnya adalah joint seminar antara Lajnah dengan Universitas Al-Azhar Cairo yang dihadiri oleh para mahasiswa dan dosen Al-Azhar Al-Syarif.